Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Mengenal Rumah Adat Sunda

Budaya yang berada di Indonesia demikian bervariasi dan kaya, mengisyaratkan begitu inovatifnya warga negeri ini. Bukan hanya wujud baju adat dan tarian adat di masing-masing wilayah yang lain, tetapi wujud rumah adatnya. Punya warga Aceh, tentu berlainan dengan punya warga Padang.

Seperti yang hendak kita ulas di artikel ini, yakni wujud rumah adat salah satunya suku yang berada di Jawa Barat. Kita akan mengenali sepintas wujud dan peranan dari rumah adat Sunda yang mempunyai kekhasan tersendiri.

Mengenal Rumah Adat Sunda

Seperti rumah adat tradisionil dari wilayah lain di Indonesia, rumah adat suku Sunda juga material dasarnya dibuat dari beragam bahan alamiah yang ada di alam. Warga tradisionil mempunyai langkah tertentu untuk mengawetkan dan perlakukan bahan alamiah itu supaya tahan lama. Ini membuat umumnya rumah adat suku Sunda yang sudah berusia beberapa ratus tahun tetap berdiri sampai saat ini.

Memang, dalam sisi arsitektur atau perancangan wujud dan peranan beberapa bagian bangunan, rumah tradisionil selalu bersahaja dan simpel. Umumnya disamakan dengan adat dan budaya yang berjalan di wilayah itu.

Wujud dan Filosofi Rumah Adat Sunda

Menurut Ensiklopedia Sunda, alam, manusia, dan budaya sebagai sumber dari tulisan ini, rumah adat Sunda mempunyai wujud seperti rumah pentas, seperti wujud rumah adat rerata suku lain di Indonesia. Argumennya, umumnya ialah karena factor keamanan. Rimba dan sekitar lingkungan yang dulu ada banyak ditempati oleh binatang pengganggu, membuat kearifan warga tradisionil menyiasatinya dengan wujud rumah pentas.

Disamping itu, karena factor musibah seperti banjir yang terkadang menerpa karena curahan hujan yang lumayan tinggi di teritori Indonesia, dan jaga temperatur dalam rumah supaya masih tetap hangat.

Tingginya dimulai dari 1/2 mtr. dari permukaan tanah, sampai capai 1,8 meter. Sisi kolong rumah tidak didiamkan demikian saja, tetapi digunakan sebagai kandang untuk hewan piaraan. Disamping itu, berperan seperti gudang perlengkapan bertani dan bercocok tanam.

Contoh-contoh rumah adat suku Sunda yang tetap berdiri dapat disaksikan di wilayah Garut, Daerah Pulo atau di wilayah Kanekes dan Daerah Naga, yang disebut wilayah Garut juga. Sebagai fondasi untuk tiang rumah, warga tradisionil Sunda tidak memakai beton, tetapi batu yang ditempatkan sebagai alas kayu tiang rumah itu. Hal tersebut menahan kayu langsung sentuh tanah, supaya tidak gampang rapuh.

Bagian-Bagian Rumah Adat Sunda

Seperti rumah kekinian, rumah adat umumnya terdiri jadi bagian-bagian yang perannya berbeda. Pada rumah adat suku Sunda, ada tiga pembagian peranan yang umumnya menjadi pakem saat membuat sebuah rumah, yakni sebagai berikut.

Sisi Hareup atau Sisi Depan Rumah

Perannya serupa dengan teras dan ruang tamu sekarang ini, yakni sebagai lokasi melayani tamu lelaki dan sebagai tempat mereka tidur. Ini sebagai wujud penghormatan ke tamu dan menahan tamu masuk ke wilayah lain rumah di mana terdapat wanita di rumah itu.

Pada rumah yang tradisionil, sisi teras depan yang disebutkan emperan ini tidak pernah dikasih perlengkapan seperti tempat duduk, atau bangku dan meja. Maka beberapa tetamu dan lelaki yang melayani mereka duduk di lantai atau alas yang digelar. Sekarang, ada banyak rumah yang sudah lengkapi emperan tempat tetamu dengan bangku dan meja.

Sisi Tengah Rumah (Tengah Imah)

Sisi ini terbatasi dengan dinding, untuk pisahkan dari sisi depan rumah. Ada banyak bedeng atau pangkeng sebagai tempat penghuni rumah tidur atau istirahat. Tetapi pangkeng tidak mutlak ada, karena bergantung pada kemauan dan kekuatan sang pemilik rumah. Demikian pula sebuah sisi yang di tengah-tengah rumah yang perannya seperti ruangan keluarga atau tempat beberapa bagian keluarga berkumpul.

Sisi Belakang Rumah (Tukang)

Perannya sebagai dapur dan goah tempat mengolah sajian beberapa penghuni rumah. Sisi rumah ini terlarang untuk lelaki untuk memasukinya, karena ini ialah sisi rumah khusus untuk wanita. Tabu lelaki memasukinya terkecuali darurat. Tamu wanita juga diterima pada bagian belakang rumah ini.

Untuk ini, terlihat sekali ketidaksamaan tindakan di antara wanita dan lelaki pada warga tradisionil. Disamping itu, pembandingan ini seolah memperlihatkan fungsi dan tugas masing-masing yang berbeda. Lelaki berada di Hareup, sebagai pimpinan dan wanita tempatnya di Tukang sebagai pelayan dan perawat semua penghuni rumah.

Susunan Bangunan Rumah Adat Sunda

Bahan alamiah yang dipakai untuk rangka atau tulang bangunan rumah adat suku Sunda ialah kayu dan bambu yang karakternya bertahan lama dan kuat. Warga Sunda mengatakan sebagai Rangkay. Rangkay Hateup (atap) ialah alas dari atap rumah yang umumnya dibikin dari daun ijuk atau enau. Selanjutnya, Rangkay Suhunan atau dalam artian sekarang ini ialah plafon alias bubungan. Paling akhir, ialah S lantai rumah atau alasar.

Dalam rumah adat suku Sunda yang tradisionil, umumnya tidak ada sirkulasi udara seperti jendela yang dibikin di rumah, karena udara telah tukar dengan bebas karena bahan pembikin rumah yang banyak berbahan bambu. Anyaman bambu jadi bahan khusus dinding rumah adat Sunda. Wujud anyamannya bermacam, sesuai kemauan pemilik rumah.

Untuk lantai, bambu digunakan sebagai bahan intinya, walaupun adapula yang menggunakan papan. Ini juga mempermudah udara bersirkulasi dengan bebas dari celah-celah formasi papan itu dan bambu.

Sebagai alat penyambung dari tanah halaman ke atas lantai rumah pentas, warga memakai tangga atau umum disebutkan golodok atau babancik.

Memang tidak semua rumah adat Sunda berupa pentas. Di wilayah yang dekat sama pantai dan daratan rendah di mana rimba dan hewan beresiko telah cukup lebih jarang-jarang, warga Sunda memakai wujud rumah yang ngupuk alias melekat di tanah. Argumen yang lain karena mungkin bahan kayu yang susah argumen kepraktisan dan didapat.

Sebagai realisasi hubungan warga tradisionil Sunda dengan alam, karena itu beberapa bahan seperti paku besi tidak pernah dipakai untuk membuat rumah adat Sunda. Kemungkinan dalam pembangunan rumah yang kekinian ialah hal yang susah bila tanpa memakai paku.

Tetapi, warga tradisionil bisa menukar peranan paku sebagai pengikat dengan memakai pasak dari kayu atau mengikat dengan tali yang dibuat dari sabut kelapa dan ijuk. Luar biasanya, kemampuan bangunan kreasi mereka tidak kalah dari rumah kekinian yang perlengkapannya lebih hebat.

Pada wujud rumah adat tradisionil di Indonesia, terutamanya pada rumah adat Sunda, ada sebuah kearifan lokal yang bisa diserap oleh warga kekinian sekarang, jika mereka pisahkan letak ruang di mana beberapa wanita melakukan aktivitas dan lelaki.

Ini pasti sebagai wujud penangkalan supaya tidak ada tindak penghinaan dan kejahatan pada kaum hawa di keluarga mereka yang tidak ada kelirunya bila diaplikasikan di zaman kekinian sekarang ini, sebagai langkah protektif untuk tindak kejahatan dan penghinaan yang semakin menjalar.

Posting Komentar untuk "Mengenal Rumah Adat Sunda"